Tidak kenal maka tak sayang, istilah ini tepat bila ditujukan pada mereka para peminat kajian semiotika. Kata itu kadang masih terdengar asing bagi telinga mahasiswa juga di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi, meski tak sedikit yang sudah melirik dan mulai mencoba-coba menggunakan semiotika sebagai alat ‘bedah’ penelitian mereka.
Di Universitas Multimedia Nusantara khususnya di Fakultas Ilmu Komunikasi, sejumlah mahasiswa konsentrasi jurnalistik ‘berani’ memakai pendekatan semiotika dalam menelaah konstruksi realitas sosial atau representasi fenomena politik atau sosial yang coba dimunculkan oleh media massa. Sebenarnya tidak saja mahasiswa konsentrasi jurnalistik yang mengangkat bagaimana sebuah media massa mengkonstruksi sebuah realitas menjadi ‘tanda’ yang punya makna, mahasiswa konsentrasi periklananpun bisa menggunakan semiotika sebagai pisau analisis dalam menelaah makna di balik sebuah iklan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu, pendekatan dan metodologi atau sebuah bidang kajian semiotika tampaknya kini mulai di”akrab”-I, tidak saja oleh para akademisi, tetapi juga oleh para mahasiswa, khususnya pada program ilmu komunikasi. Sang peneliti komunikasi terangsang dan tergelitik untuk menguak ada apa di balik berita-berita yang dibuat oleh wartawan tentang suatu peristiwa atau kejadian yang ada di sekitarnya. Tanpa berupaya mengecilkan arti penelitian analisis isi klasik yang bersifat kuantitatif, penelitian menggunakan semiotika mencoba meraih dan merengkuh lebih dalam makna yang muncul dari sebuah berita, kalimat, frasa, lead judul bahkan kata. Meski terkadang nyaris tak berbeda dengan analisis wacana yang menelaah ada apa di balik sebuah wacana atau discourse, analisis semiotika punya caranya sendiri dalam mengupas makna.Ingin lebih jelas bisa baca buku Semiotika Komunikasi yang baru saja diterbitkan oleh Mitra Wacana Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar